Selasa, 08 Januari 2013

Curahan Hati Selama Ini

Ingin rasanya aku kembali menumpahkan perasaanku ke dalam tulisan ini. Aku tak ingin ada yang membaca ini, cukuplah engkau tahu, bahwa kau bisa menyimpan ini. Lelaki juga punya sisi melankolis.

Aku sudah hampir satu semester disini, berstatus sebagai mahasiswa. Apalagi yang kurang keren dari status ini? Anda dipandang sebagai seorang berpendidikan, seorang yang pintar, mempunyai banyak kawan di luar sana dan anda juga boleh gondrong --aku bercita-cita dengan ini.
Tapi lima bulan berlalu aku belum menemukan nikmatnya menjadi mahasiswa. Aku memang seorang yang tidak bagus dalam berkomunikasi dengan sesama, aku ini apatis banyak yang tidak menyukaiku. Aku tak akan pernah mengajak ngobrol seseorang sebelum aku mengenalnya.
Bagaimana dengan kuliahku? Arsitektur, awalnya terlihat sangat keren, tapi ternyata aku tidak, bukan, maksudku belum menikmati bagaimana senangnya menggambar seperti teman-temanku yang lain. Aku terkesan membelot dari apa yang telah aku ikrarkan, di depan mereka, orang yang membanggakanku, aku telah menahbiskan keinginanku untuk menjalaninya dengan senang, karena ini pilihanku.
Bakat?
Ya, sesuatu yang telah menjadi fitrahmu. Aku tak tahu bakatku, entah itu ada atau tidak. Arsitektur penuh dengan mereka yang berbakat, aku merasa tidak seperti mereka, aku hanyalah seorang anak biasa yang ingin menjadi seperti mereka, bisa menggambar dan menikmatinya. Faktanya, aku lebih menikmati hal di luar dari apa yang aku jalani, aku seolah-olah keluar rel untuk menemukan kesenangan. Aku tak ingin terus tertekan oleh garis, bentuk, gambar dan deadline. Aku juga ingin merasakan kesenangan seperti mereka, meski dengan cara yang tidak seperti mereka.
Aku tidak mengeluh karena aku tidak punya bakat menggambar, karena itu semua bisa dipelajari. Tapi entah kenapa, aku belum bisa menikmati dari setiap garis yang kutarik ini. Apa aku memang tidak ditakdirkan Tuhan disini? Entahlah! Tuhan memang selalu punya rencana yang indah.

Sepakbola?
Anda yang mengenaliku pasti tahu bagaimana aku mencintai ini. Sepakbola! Meski kaki ku tak bisa menendang bola seperti yang biasa aku saksikan, tapi aku benar-benar tidak bisa dipisahkan dari ini, pernah aku mencoba berpisah, tapi aku tetap tergoda. Aku berjodoh dengan ini? Entahlah, Tuhan lah yang tahu.
Tolong, jangan paksa aku berpisah dengan ini. Tolong!! Aku mohon!! Aku sangat mencintai ini, aku ingin suatu saat ini menjadi bagian dari ini. Ibu, aku tahu kau tak senang anakmu mencintai sepakbola, tapi aku mohon izinkan aku untuk mencintai ini seperti aku mencintaimu! Atau seperti teman-temanku mencintai gambar.

Perasaan?
Ya, pernah sekali aku berpacaran dengan teman satu kuliah ku. Aku menikmati hal-hal dengannya, entah bagaimana dengan dia, aku sempat mencintainya dan aku mengakuinya. Ya, terkadang aku memang menyebalkan di mata dia, aku memang tak bisa seperti yang dia harapkan atau seperti apa yang selalu kampanyekan untuk mengikat hatinya dulu. Pecundang!
Aku berpisah dengannya aku usahakan sebaik mungkin, aku berharap setelah berpisah kita bisa menjadi teman seperti dulu. Tapi itu tidak!
Ya, memang jahat sekali saat orang lain menilai bahwa dia yang mengerjarku, karena aku memang terkesan cuek. Ketahuilah kau yang di sana! Aku memang sangat pemalu untuk berjalan berdua, sambil berpegangan tangan di depan umum. Aku tidak seperti yang kau harapkan! Maafkan aku...
Entahlah, aku tak berharap dia membaca ini, tapi aku berharap dia tahu bahwa tak ingin selalu berdiaman seperti ini dengannya. Ini buruk!


Ah, aku sudah cukup banyak curhat ke dalam media internet ini. Aku bodoh? Memang!

0 komentar:

Posting Komentar

| Top ↑ |